Senin, 08 Juni 2015

Hai Wanita, Waspadai Kanker Ovarium

Kanker ovarium merupakan jenis kanker yang tumbuh didalam ovarium atau indung telur. Setiap wanita memiliki dua ovarium (indung telur) di bagian kanan dan kiri dimana keduanya berfungsi untuk menghasilkan telur dan berbagai hormon seperti hormon estrogen, hormon progesteron. Sering kali kanker ovarium tumbuh dan berkembang tidak terdeteksi hingga umumnya ditemukan ketika kanker sudah menyebar ke bagian panggul dan perut. Maka tak heran jika penderita kanker yang satu ini cukup banyak yaitu sekitar 250.000 perempuan di dunia didiagnosis dokter dengan kanker ovarium dan sekitar 140.000 perempuan meninggal dunia setiap tahunnya. Kanker ovarium bahkan menduduki peringkat kedelapan yang umum ditemukan pada perempuan dan merupakan urutan ketujuh jenis kanker yang paling mematikan.
Hingga kini, penyebabnya belum diketahui namun secara umum kanker berawal dari mutasi sel-sel sehat yang menjadi abnormal sehingga membentuk tumor yang siap menyerang ke jaringan disekitarnya. Berbeda dengan kanker payudara, kanker ini memiliki gejala yang tidak khas bahkan menyerupai gejala penyakit lainnya terutama nyeri perut. Namun tanda dan gejala yang kerap muncul diantaranya perut terasa kembung, penuh, membesar atau merasa ada tekanan dari dalam perut, rasa nyeri pada panggul dan atau pada perut bagian bawah, gangguan pencernaan secara terus-menerus seperti berangin atau mual, perubahan kebiasaan buang air, seperti sering buang air kecil atau konstipasi (sulit buang air besar), kehilangan nafsu makan, peningkatan lingkar perut (pakaian terasa ketat di pinggang),  cepat lelah dan nyeri pada punggung belakang. 
Pada wanita risiko atau kemungkinan untuk mengidap kanker ovarium bisa saja meningkat jika mengalami mutasi gen BRCA1 dan BRCA2, sindrom Peutz-Jeghers, kanker kolorektal, adanya riwayat keluarga yang terkena khususnya kanker ovarium atau kanker payudara, pernah didiagnosis kanker sebelumnya, pertambahan umur (50-70 tahun) dan belum pernah hamil.
Pencegahan dapat dilakukan dengan cara  mengonsumsi pil kontrasepsi, memiliki keturunan, enyusui (memberikan ASI), menjaga berat badan idea, melakukan skrining dan diskusikan faktor risiko dengan dokter



Tidak ada komentar:

Posting Komentar