Jumat, 17 April 2015

Konsumsi Susu Lebih Dari 3 Gelas/Hari Tingkatkan Risiko Patah Tulang Hingga Kematian

Siapa yang tidak tahu manfaat susu. Semua orang pasti tahu akan manfaat susu beserta olahannya. Salah satu manfaat susu ialah mencegah osteoporosis atau patah tulang. Namun siapa sangka susu pun bisa menjadi penyebab osteoporosis bahkan hingga kematian. Penelitian yang dipimpin oleh Prof. Karl Michaelsson melibatkan 61.433 perempuan dengan rentang usia 39-74 tahun dimana responden ini selalu mengonsumsi susu dan produk pilihannya serta diikuti selama 20 tahun hasilnya cukup mengejutkan bahwa 15.541 meninggal dan 17252 mengalami patah tulang dimana 4259 mengalami patah tulang pinggul. Hal ini diperkirakan karena susu merupakan sumber D-Galaktosa dimana galaktosa sangat merugikan kesehatan, sumber penuaan dan memperpendek umur. 
Prof. Karl “hasil penelitian kami mungkin mempertanyakan validasi rekomendasi jumlah susu yang harus dikonsumsi untuk mencegah patah tulang” terangnya. Prof. Karl pun menyarankan untuk tidak mengonsumsi susu lebih dari 3 gelas sehingga susu efektif dalam mencegah risiko patah tulang diwaktu senja.

Paparan Sinar Matahari Bantu Cegah Obesitas dan Diabetes, Bisakah?

Paparan sinar matahari sering kali dikaitkan dengan vitamin D ataupun kanker kulit. Namun bagaimana  jika kali ini membahas paparan sinar matahari yang dikaitkan dengan obesitas dan diabetes. Uniknya penelitian yang melibatkan tikus, menunjukkan bahwa tikus yang sebelumnya diberikan diet tinggi lemak (diberikan lemak dalam jumlah yang cukup banyak dibanding normal) dan diberikan paparan sinar matahari yang cukup mengalami penurunan berat badan. 

Diperkirakan  hal ini disebabkan oleh senyawa oksida nitrat yang dikeluarkan oleh kulit setelah terkena paparan sinar.Pengeluaran senyawa dalam jumlah banyak pun dipercaya memberikan efek yang bermanfaat baik untuk jantung, pembuluh darah hingga cara tubuh untuk mengatur metabolisme. Tentunya penelitian ini bak angin segar bagi kita. Mungkin anda bisa mencobanya 
 

1 dari 10 Resep Antibiotik Gagal

Antibiotik sering kali menjadi salah satu jenis obat yang diresepkan untuk berbagai kasus infeksi. Namun hasil penelitian yang dirilis melalui BMJ belum lama ini cukup mengejutkan bahwa 1 dari 10 antibiotik yang diresepkan dinyatakan gagal bahkan kegagalan antibiotik cenderung meningkat. 
Penelitian yang dilakukan dengan menganalisis 14 juta orang yang diperoleh dari 700 pelayanan kesehatan primer ini menunjukkan bahwa kegagalan antibiotik secara keseluruhan meningkat dari 13,9% pada tahun 1991 menjadi 15,4% pada tahun 2012. Antibiotik yang digunakan untuk mengobati bronchitis, pneumonia dan infeksi saluran napas bawah lainnya pun mengalami peningkatan kegagalan hingga 35% sedangkan tingkat kegagalan antibiotik amoksisilin, penisilin dan flukloksasilin masih berada dibawah 20%.
Tingginya angka kegagalan diperkirakan oleh Prof. Craig Currie selaku peneliti erat kaitannya dengan peningkatan peresepan. Sebelumnya pada tahun 2002-2012 diketahui terdapat peningkatan kasus infeksi yang diterapi menggunakan antibiotik berkisar 60-65% dan dalam waktu yang bersamaan mengalami peningkatan kegagalan antibiotik. Prof. Currie “kurangnya penemuan antibiotik baru tentunya makin mengembangkan ketidakefektifan antibiotik yang diberikan pada pelayanan primer. Resistensi antibiotik tak hanya berbahaya bagi pasien rumah sakit saja melainkan pasien pelayanan kesehatan pun memiliki dampak yang berbahaya” terangnya. Meningkatnya kasus resistensi antibiotik pun mulai dirasakan oleh organisasi kesehatan dunia (WHO) yang menyatakan telah mengalami krisis kesehatan masyarakat. 

Minuman Bersoda Erat Kaitannya dengan Penuaan Sel

Konsumsi minuman bersoda diberbagai negara sudah menjadi sebuah kebiasaan. Data yang dikeluarkan Havard School of Public Health, Boston menunjukkan sekitar 50% orang Amerika mengonsumsi minuman manis dimana 1 dari 4 konsumen mengonsumsi minuman bersoda yang mengandung 200 kalori. Namun sayangnya jarang sekali para konsumen menyadari bahwa kandungan gula dalam minuman bersoda sangatlah tinggi, tak heran jika angka obesitas meningkat  akibat konsumsi bersoda dengan kadar gula tinggi bahkan minuman bersoda dengan kadar gula tinggi pun dipercaya menyebabkan penuaan.
Penelitian tersebut merupakan penelitian yang dirilis oleh American Journal of Public Health. Penelitian yang melibatkan 5309 peserta berusia 20-65 tahun ini cukup mengejutkan. Peneliti menemukan dengan mengonsumsi 20 ons soda setiap hari dikaitkan dengan 4,6 tahun penuaan biologis tambahan yang didasarkan pada panjang telomere.

Cindy Leung, penulis penelitian “efek manis dari soda memiliki dampak pada panjang telomere dimana dampak efek ini hampir sama dengan efek merokok”terangnya.  Efek buruk dari minuman bersoda pun dinyatakan oleh Prof. Elissa Epel, peneliti “konsumsi rutin minuman bersoda dengan kadar gula tinggi akan mempengaruhi perkembangan penyakit dan tak jarang menyebabkan penuaan jaringan dan bisa saja hal ini terjadi pada anak-anak”terangnya. 

Bisakah Teh Honeysuckle lawan Virus Flu?

Siapa yang tak kenal honeysuckle, sebuah tanaman yang  sering dikonsumsi dalam bentuk teh yang telah digunakan selama lebih dari 1 abad dalam pengobatan tradisional cina. Kebiasaan penggunaan honeysuckle dalam pengobatan influenza tipe A mendorong peneliti Universitas Nanjing Cina untuk melakukan penelitian. Hasilnya cukup mencengangkan yaitu peneliti menemukan molekul MIR2911 pada honeysuckle bahkan setelah tanaman itu dihaluskan dan direbus dalam air. MIR2911 memiliki manfaat yang sangat besar yaitu MIR2911 dapat merepresi virus influenza tipe A dengan menargetkan dua gen spesifik yang berfungsi sebagi replikasi virus (PB2 dan NS1).

Tak hanya itu saja, para peneliti menemukan MIR2911 dapat melindungi hewan dari infeksi H1N1. MIR2911 pun dipercaya memiliki spectrum luas. “MIR2911 adalah sebuah reagen yang ideal untuk menekan infeksi virus influenza tipe A dan nantinya akan dicobakan pada virus ebola”terang peneliti.

Depresi Disebabkan Kekurangan Serotonin, Mitos atau Fakta ?

Pada akhir 1980an terdapat teori yang sangat populer yang menyatakan bahwa peningkatan molekul sinyal serotonin merupakan salah satu pengobatan depresi, Berbagai pendekatan pun muncul salah satunya ialah melakukan pengobatan dengan menggunakan antidepresan Prozax di mana antidepresan tersebut bekerja meningkatkan serotonin. Ternyata kepopuleran anti depresan ini tak sebanding dengan efektivitas yang dimilikinya sebagai obat depresi.
Alan Frazer, Kepala Departemen Farmakologi Universitas Texas “saya pikir tidak ada badan yang meyakinkan pernah menemukan bahwa depresi berhubungan dengan hilangnya kadar serotonin”terangnya. Hal senada pun diucapkan oleh Prof. Dr. Joseph Coyle “ketidakseimbangan kimia merupakan pemikiran terdahulu dan ini sangat ketinggalan jaman”terangnya. 
Lebih mengejutkan lagi, ternyata obat ini bahkan tidak bereaksi pada 60-70% pasien depresi atau dapat ditarik kesimpulan bahwa kepercayaan akan meningkatkan serotonin untuk mengobati depresi tidak berbasis bukti atau hanya mitos belaka

Rokok Elektronik Tingkatkan Kadar Racun Logam

Rokok elektronik belakangan ini sering dibicarakan bahkan dipercaya memiliki tingkat keamanan yang lebih baik dibandingkan dengan rokok yang berada dipasaran. Namun siapa yang menyangka bahwa rokok elektronik justru meningkatkan kadar racun logam. Penelitian University of Southern California (USC) menemukan asap rokok pada rokok elektronik mengandung logam berbahaya bahkan secara signifikan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan asap yang dihasilkan oleh rokok pada umumnya. Walaupun penelitian yang dipublikasikan melalui Journal of Environmental Scuence Processes and Impact juga menunjukkan hampir semua partikel berbahaya pada asap rokok elektronik kadarnya menurun.
Penelitian ini menunjukkan asap rokok elektronik mengandung kromium dan nikel dimana kedua jenis logam tersebut merupakan elemen toksik. Tak hanya itu saja kandungan kedua logam ini meningkat 4 kali lipat pada asap rokok elektronik dibandingkan dengan rokok pada umumnya.Prof. Sioutas “Hasil kami memang menunjukkan bahwa rokok elektronik memiliki bahaya jauh lebih rendah dibandingkan dengan rokok yang ada sebelumnya namun sayangnya mereka tidak meminimalisir bahan logam toksik seperti kromium dan nikel”terangnya.      
Tingginya kadar logam berbahaya diperkirakan disebabkan oleh cartridge. Arian Safari, Peneliti “partikel logam diperkirakan muncul dari cartridge rokok elektronik itu sendiri dimana kedepannya sangat memungkinkan untuk membuat alat yang lebih baik lagi sesuai dengan standar sehingga dapat meminimalisir kadungan logam dalam asap”terangnya.

Penyakit Kardiovaskular Bunuh 51% Perempuan di Eropa

Penyakit kardiovaskular banyak sekali dikaitkan dengan persoalan kaum pria, sedangkan perempuan lebih fokus kepada kanker payudara ataupun kanker serviks. Namun siapa sangka jika penyakit yang kerap dikaitkan dengan pria ini berhasil membunuh 51% perempuan di Eropa. Angka ini bahkan jauh lebih besar ketimbang kanker payudara yang hanya menyebabkan kematian 3% pada perempuan. 
Perempuan memang diketahui tidak begitu sadar akan hal ini bahkan cenderung meremehkan. Tak hanya perempuan saja bahkan praktisi medis pun memiliki persepsi bahwa perempuan dilindungi oleh hormon esterogen sehingga dapat dikatakan hanya memiliki sedikit kemungkinan untuk mengalami penyakit jantung. Pada kenyataanya esterogen hanya menunda kejadian penyakit jantung 10 tahun jauh lebih lama dibandingkan pada pria. 
Faktor risiko yang tidak tertangani tentunya membuat perempuan jauh lebih rentan dibandingkan pria terhadap serangan jantung, gagal jantung dan kematian akibat jantung paska menopause atau suatu keadaan dimana perempuan sudah tidak menstruasi dan pada kondisi tersebut kadar esterogen menyusut. 
Hal ini tentu menjadi pelajar penting bagi perempuan bahwa lebih sadar akan penyakit jantung, menekan faktor risiko jantung memungkinkan mereka untuk tidak mengalami serangan jantung dimasa mendatang.